Minggu, 27 Januari 2013

ELING / INGAT DIMENSI KEMANUSIAAN




1.      Di samping manembah kepada Tuhan. Adalah keutamaan untuk eling sebagai manusia yang hidup bersama dan berdampingan sesama  makhluk Tuhan. Instrospeksi diri atau mawas diri sebagai modal utama dalam pergaulan yang menjunjung  tinggi perilaku utama (lakutama) yakni budi pekerti luhur,  atau mulat laku kautamaning bebrayan. Dengan melakukan perenungan diri, mengingat atau eling dari mana dan siapa kita punya (behave), kita menjadi, kita berhasil, kita sukses. Kita tidak boleh “ngilang-ilangke” atau menghilangkan jejak dan tidak menghargai jasa baik orang lain kepada kita. Sebaliknya, eling sangkan paraning dumadi, berarti kita  dituntut untuk bisa niteni kabecikaning liyan. Mengerti dan memahami kebaikan orang lain kepada kita. Bukan sebaliknya, selalu menghitung-hitung jasa baik kita kepada orang lain.  Jika kita ingat dari mana asal muasal kesuksesan kita saat ini, kita akan selalu termotifasi untuk membalas jasa baik orang lain pernah lakukan. Sebab, hutang budi merupakan hutang paling berat. Jika kita kesulitan membalas budi kepada orang yang sama, balasan itu bisa kita teruskan kepada orang-orang lain. Artinya kita melakukan kebaikan yang sama kepada orang lainnya secara estafet.

2.      Eling bermakna sebagai pedoman tapa ngrame, melakukan kebaikan tanpa  pamrih. Tidak hanya itu saja, kebaikan yang pernah kita lakukan seyogyanya dilupakan, dikubur dalam-dalam dari ingatan kita.  Dalam pepatah disebutkan,” kebaikan orang lain tulislah di atas batu, dan tulislah di atas tanah kebaikan yang pernah kamu lakukan”. Kebaikan orang lain kepada diri kita “ditulis di atas batu” agar tidak mudah terhapus dari ingatan. Sebaliknya kebaikan kita “ditulis di atas tanah” agar mudah terhapus dari ingatan kita.

3.      Eling siapa diri kita untuk tujuan jangan sampai bersikap sombong atau takabur. Selalu mawas diri atau mulat sarira adalah cara untuk mengenali kelemahan dan kekurangan diri pribadi dan menahan diri untuk tidak menyerang kelemahan orang lain. Sebaliknya selalu berbuat yang menentramkan suasana terhadap sesama manusia. Selagi menghadapi situasi yang tidak mengenakkan hati, dihadapi dengan mulat laku satrianing tanah Jawi ; tidak benci jika dicaci, tidak tidak gila jika dipuji, teguh hati, dan sabar walaupun kehilangan.

WASPADA

1.      Waspada akan hal-hal yang bisa menjadi penyebab diri kita menjadi hina dan celaka. Hina dan celakanya manusia bukan tanpa sebab. Semua itu sebagai akibat dari sebab yang pernah manusia lakukan sendiri sebelumnya. Hukum sebab akibat ini disebut pula hukum karma. Manusia tidak akan luput dari hukum karma, dan hukum karma cepat atau lambat pasti akan berlangsung. Sikap waspada dimaksudkan untuk menghindari segala perbuatan negatif destruktif yang mengakibatkan kita mendapatkan balasannya  menjadi hina, celaka dan menderita.  Misalnya perbuatan menghina, mencelakai,  merusak dan menganiaya terhadap sesama manusia, makhluk, maupun lingkungan alam.

2.      Waspada, atas ucapan, sikap dan perbuatan kita yang kasat mata yang bisa mencelakai sesama  manusia,  makhluk lain, dan lingkungan alam.

3.      Waspada terhadap apapun yang bisa menghambat kemuliaan hidup terutama mewaspadai diri sendiri dalam getaran-getaran halus. Meliputi solah (perilaku badan) dan bawa (perilaku batin). Getaran nafsu negatif yang kasar maupun yang lembut. Mewaspadai apakah yang kita rasakan dan inginkan merupakan osiking sukma (gejolak rahsa sejati yang suci) ataukah osiking raga (gejolak nafsu ragawi yang kotor dan negatif). Mewaspadai diri sendiri berati kita harus bertempur melawan kekuatan negatif dalam diri. Yang menebar aura buruk berupa nafsu untuk cari menangnya sendiri, butuhnya sendiri (egois), benernya sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus mewaspadai diri pribadi dari nafsu mentang-mentang yang memiliki  kecenderungan eksploitasi dan penindasan : adigang, adigung, adiguna. Dan nafsu aji mumpung: ing ngarsa mumpung kuasa, ing madya nggawe rekasa, tutwuri nyilakani.

4.      Waspada dalam arti cermat membaca bahasa alam (nggayuh kawicaksananing Gusti).  Bahasa alam merupakan perlambang apa yang menjadi kehendak Tuhan. Bencana alam  bagaikan perangkap ikan. Hanya ikan-ikan yang selalu eling dan waspada yang akan selamat.

Esensi dari sikap eling dan waspada adalah berfikir, berucap, bersikap, bertindak, berbuat dalam interaksi dengan sesama manusia, seluruh makhluk, dan lingkungan alam dengan sikap keluhuran budi, arif dan bijaksana. Mendasari semua itu dengan “agama universal” yakni cinta kasih sayang berlimpah. Menjalani kehidupan ini dengan kaidah-kaidah kebaikan seperti tersebut di atas, diperlukan untuk  menghindari hukum karma (hukum sebab-akibat) yang buruk, dan sebaliknya mengoptimalkan “hukum karma”  yang baik. Hukum karma, misalnya seperti  terdapat dalam ungkapan peribahasa ; sing sapa nggawe bakal nganggo, siapa menanam akan mengetam, barang siapa menabur angin akan menuai badai. Dalam kondisi alam bergolak, hukum karma akan mudah terwujud dan menimpa siapapun. Kecuali orang-orang yang selalu eling dan waspada.  Karena kebaikan-kebaikan yang pernah anda lakukan kepada sesama, kepada semua makhluk, dan lingkungan alam sekitar, akan menjadi PAGAR GAIB yang sejati bagi diri anda sendiri.


HIDUP TENANG DENGAN IKHLAS



Anda harus selalu bersyukur sebab dilahirkan dgn segenap kelebihan. Namun bersukur itu tidak sekedar dalam ucapan artinya harus dimanifestasikan ke dalam perbuatan dan tindakan nyata. Lakukan dengan tulus ikhlas tak perlu pamrih  imbalan apapun. Anda termasuk anak yg (istilah Jawanya) ngrejekeni; atau membawa rejeki yg besar baik untuk kedua org tua, keluarga, dan untuk diri sendiri. Urusan rejeki bukan lagi persoalan, selalu diberi kemudahan Tuhan. Hanya saja syaratnya ada tiga ;
  1. Selalu bersedia menghidupi/membantu/menolong sesama dengan segenap kebisaan anda.
  2. Lakukan dgn ikhlas/tulus penuh kasih sayang sesama makhluk Tuhan.  
  3. Jangan sampai grenengan, grundelan, ngedumel pada saat mengalami kesulitan.
Niat bukan menjadi halangan utama, yang penting adalah strategi mewujudkannya, atau cara-cara yg digunakan untuk mewujudkan niat itulah yang terpenting. Jangan sampai salah kelola atau missmanajemen. Niat baik, cara baik, belum tentu hasilnya baik. Niat baik, cara tidak baik, hasilnya kebetulan bisa baik namun bisa buruk artinya niat dan cara adalah urusan kita manusia. Sementara tuhan hanya menentukan hasil akhirnya. Kegagalan bukan berarti tamat riwayatnya, sebaliknya kegagalan menjadi awal keberhasilan. Terkadang di balik kegagalan itu ternyata kita sedang diarahkan tuhan agar terhindar dari celaka, atau agar mendekati keberuntungan yg lebih baik. Begitulah JALAN MISTERI  TUHAN. Yang penting jangan sampai grenengan, grundelan, ngedumel hanya karena mengalami penderitaan dan kegagalan. Karena hanya akan memundurkan atau malah membatalkan anugrah yg akan diterima. Dalam kejawen berdoa meliputi 4 unsur: hati, pikiran, ucapan, tindakan konkrit. Dalam berdoa juga tdk boleh mendikte Tuhan. Kadang banyak org mengalami kesulitan hidup justru disebabkan krn tdk pandai bersyukur. Sehingga kesulitan hdp menjadi teguran Tuhan. Kunci itu berupa rumus-rumus Tuhan. Jika kita  mengikuti rumus Tuhan semua akan berjalan lancar dan akan menemukan kemuliaan hidup. Sebaliknya jika bertentangan dgn rumus Tuhan kita akan mendapatkan celaka atau kesulitan serta menjadi seteru Tuhan. Saya sudah berkali-kali menulis tentang rumus Tuhan ini. Rumus adalah kodrat/hukum alam, atau kodrat Tuhan. Jika Tuhan Maha Welas asih kita jg harus memiliki sikap kasih sayang pada sesama. Kunci untuk sukses sebagaimana meraih “ngelmu beja”. Jangan menyakiti hati orang lain, jangan mencelakai/merugikan org lain, dan lakukan donodriyah atau amal kebaikan pada sesama ; Minimal mendoakan org lain, atau nasehat dan tutur kata baik, lebih dari itu donodriyah tenaga. namun yg paling tinggi nilainya adl donodriyah harta. Kadang kesuksesan ekonomi kita harus dibuka dengan KUNCI AJAIB berupa bersedekah harta, walau dalam kondisi sedang kekurangan. Pedoman kejawen adl jangan menunggu kaya dulu untuk bersedekah harta, karena justru dengan sedekah harta anda bisa membuka pintu rejeki untuk diri sendiri. Rumusnya adalah Tuhan akan memberikan kemurahan rejeki kepada siapapun yang suka membantu sesama secara tulus. Nah, “kunci emas” itu pada garis besarnya sbb : siapa berbuat baik pada sesama sesungguhnya ia berbuat baik utk diri sendiri. siapa  memberi bantuan pada org lain sesungguhnya ia mempermudah diri sendiri. jika  kita suka menolong/membantu sesama maka kita akan selalu mendapatkan kemudahan dalam segala urusan. Ini sudah saya eksperimentasi ternyata benar berlaku rumus tsb. Semoga bermanfaat.,,,SUKHOY…

BERAGAM ALASAN ORANG MUNAFIK DENGAN ALASAN MUSRIK PADAHAL YG HIDUP MENIKMATI HARTA PENINGGALAN



Dapatkah Arwah Para Wali atau Leluhur Datang Menemui Kita








قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ




اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ